Sabtu, 29 Desember 2012

TipS Mengobati Gagap
MENURUT dokter ahli saraf, Vivien Puspitasari, ada beberapa cara mengobati gagap, antara lain dengan obat seperti Haloperidol, Risperidon, Sertraline, dan Paroxetine. Selain itu, dengan terapi wicara oleh petugas khusus yang ahli dan dengan alat elektronik khusus. Atau terapi perilaku yang dapat dilakukan bila ditemukan gejala psikis. Namun ada pula yang sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Beberapa saran agar anak tidak gagap:
    • Lingkungan rumah seharusnya santai dan dapat memberi anak peluang untuk banyak berbicara.
    • Biarkan anak mengucapkan kata-kata, tidak peduli seberapa parah ia gagap. Dalam hal ini orang tua harus sabar. Jangan pernah mencoba melengkapi kalimat anak.
    • Orang tua harus bicara pelan dan santai. Ini akan mendorong anak melakukan hal yang sama.
    • Orang tua harus menghindari mengkritik anak ketika ia gagap.
    • Jangan menghukum anak bila gagap. Banyak orang tua yang melarang anaknya melanjutkan pembicaraan sebelum si anak bisa mengucapkan kata yang tergagap itu dengan lancar. Ini harus benar-benar dihindari.
    • Orang tua disarankan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika anak berbicara.
PERAWATAN GANGGUAN GAGAP
Perawatan yang diberikan untuk orang yang gagap adalah mengajarkannya keterampilan, strategi serta perilaku yang bisa membantunya berkomunikasi, yaitu:
1. Mengontrol kemampuan berbicaranya.
Melatihnya berbicara secara perlahan-lahan dengan menggunakan kalimat atau frase yang pendek sambil diajarkan meregangkan antara vokal dan konsonan. Jika teratur dilakukan dalam jangka waktu panjang, maka tingkat keberhasilannya bisa tinggi serta mencegah kekambuhan.
2. Mengontrol pernapasan.
Seseorang diajarkan bagaimana mengatur dan mengendalikan pernapasannya serta artikulasi antara bibir, rahang dan lidah.
3. Terapi modifikasi gagap.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk memodifikasi gagap agar bisa dikendalikan dan bukan menghilangkannya, seperti mengatasi kecemasan atau ketakutan yang bisa memperparah kondisi.
Terapi ini mencakup 3 tahap, yaitu mengidentifikasi perilaku inti dan sekunder yang menyertai gagap, berlatih mengurangi rasa takut dan cemas sehingga dapat mencegah bicara gagap yang parah serta memodifikasi dengan berlatih mengulang-ngulang kata dan mengantisipasi kata yang dapat sulit diucapkan.
Sekitar 90 persen orang yang gagap bisa diobati dengan baik serta mengurangi tingkat kekambuhannya jika melakukan terapi dengan baik dan teratur.
Gangguan emosi atau ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau lingkungan dapat memicu kelainan ritme atau gagap . Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block), kadang didaptkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau seperti memerlukan perjuangan untuk mengeluarkan kata. Biasanya penderita menghindar kata atau situasi tertentu.
Anak usia 2 – 5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, bata atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau gagap.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan sebagai penyebab yaitu teori stuttering Block, Cybernatic models atau Brain Function yang semuanya karena gangguan sensoris dan motoris di otak.
Bicara gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Gangguan Bahasa Reseptif- Ekspresif
Gangguan bahasa reseptif- ekspresif mengacu pada anak- anak yang memiliki kesulitan baik dalam memahami maupun memproduksi bahasa verbal. Mungkin saja terdapat kesulitan dalam memahami kata- kata atau kalimat- kalimat. Dalam beberapa kasus, anak memiliki kesulitan memahami tipe- tipe kata atau kalimat tertentu (seperti kata- kata yang mengekspresikan perbedaan kuantitas; large, big, atau huge), istilah- istilah spasial (sperti dekat atau jauh), atau tipe- tipe kaliamat (seperti kalimat yang dimulai dengan kata unlike). Kasus- kasus lain ditandai oleh kesulitan memahami kata- kata dan kalimat- kalimat sederhana.
Terapi Gangguan Ekspresif
Terapi pada gangguan ekspresif dapat dilakukan dengan latihan pendorong perilaku dan praktek fonem (unit suara), pembendaharaan kata dan konstruksi kalimat serta dapat pula dilakukan konseling parental suportif dan biasanya 50 persen penderita gangguan ekspresif dapat sembuh dengan spontan.

Selasa, 30 Oktober 2012

Buku- buku Bagus Daniel golman

http://www.certified-easy.com/aa.php?isbn=ISBN:9793371935&name=Meraih_Cinta_Ilahi_%28hc%29

http://www.certified-easy.com/aa.php?isbn=ISBN:9794334332&name=Manajemen_Kecerdasan

http://www.certified-easy.com/aa.php?isbn=ISBN:9796875470&name=Transparansi

http://www.certified-easy.com/aa.php?isbn=ISBN:9797814831&name=Emosi:_Penjelalajahan_Religio_Psikologis

http://www.certified-easy.com/aa.php?isbn=ISBN:9791284342&name=Mengikat_Makna

http://www.certified-easy.com/aa.php?isbn=ISBN:602823608X&name=Hidup_Di_Pusaran_Al-fatihah

http://www.certified-easy.com/aa.php?isbn=ISBN:9791284040&name=The_Power_of_Learning_Styles

Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)

Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
Format Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
    Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )
ini adalah ebook skripsi... http://olahdatainstan.com/eskripsi/
2. Rumusan Masalah
    Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah )
3. Tujuan Penelitian
    Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
4. Hipotesis Penelitian (jika ada)
    Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.
    Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
    Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.
5. Kegunaan Penelitian
    Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.
6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
    Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.
7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
    Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.
8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
    Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
    Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary)
9. Metode Penelitian
    Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
a. Rancangan Penelitian
    Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)
b. Populasi dan Sampel
    Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
c. Instrumen penelitian
    Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
    Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.
d. Pengumpulan Data
    Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.
e. Analisis Data
    Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
    Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows. 
10. Landasan
    Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
    Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.
11. Daftar Rujukan
    Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.

Cara Membuat Rujukan Skripsi
Seringkali mahasiswa masih kebingungan dalam membuat daftar rujukan pada penelitiannya. Berikut ini cara membuat rujukan beserta contoh-contoh sumber rujukan yang dipakai dalam penelitian. diantara caranya adalah: 1) mulailah dengan studi-studi di bidang anda yang paling akhir yang dimuat dalam terbitan-terbitan terbaru dan kemudian bekerjalah mundur ke terbitan-terbitan sebelumnya. 2) Bacalah abstrak atau ringkasan suatu laporan terlebih dahulu untuk menetapkan apakah laporan itu relevan dengan masalah anda atau tidak. 3) Sebelum membuat catatan, baca jelajahilah (skim) laporan tersebut dengan cepat guna mengetahui bagian-bagian yang ada kaitannya dengan masalah anda. 4) Buatlah catatan langsung pada kartu catatan, karena kartu lebih mudah diseleksi dan disusun dari pada lembaran kertas, amplop dan sebagainya. 5) Tulislah referensi bibliografi secara lengkap untuk setiap karya. 6) Untuk memudahkan pemilihan dan penyusunan, jangan memasukkan lebih dari satu referensi pada setiap kartu. 7) Jangan lupa memberi tanda bagian mana yang merupakan kutipan langsung dari pengarang dan bagian mana yang merupakan susunan kata anda sendiri

  Berikut ini beberapa contoh cara membuat rujukan yang berasal dari beberapa sumber, diantaranya: buku, jurnal, majalah, koran, dan lain-lain.

(1)  Rujukan dari Buku
Ibrahim, Hamadah. 1987. Al-ittijahat al-mu’ashirah fi tadris al-lughah al-arabiyyah wa al-lughat al-hayyah al-ukhra li ghairi al-nathiqin biha. Al-Qahirah: Dar al-fikr al-arabi.

(2)   Artikel dalam jurnal
Mahjudin, Aliudin. 2002. Liga Arab antara Harapan dan Kenyataan. Al-Hadharah: Bahasa, Sastra dan Budaya Arab, 2(1): 69-78.

(3) Artikel dalam Majalah atau Koran
Suryadarma. 1990. Prosesor dan Interface: Komunikasi Data. Info Komputer, IV (4): 46-48. Huda, M. 13 November, 1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm. 6.

(4) Rujukan dari Koran Tanpa Penulis
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

(5) Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

(6) Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(7) Rujukan Berupa Karya Terjemahan
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan Oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

(8) Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Murtadho, Nurul. 1991. Silabus Matakuliah Keterampilan Berbicara Dengan Pendekatan Komunikatif untuk Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab JPBA FPBS IKIP Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP Malang.

(9) Rujukan Berupa Makalah Seminar, Penataran atau Lokakarya
Azhari, Abd. Rauf Dato’ Haji Hassa. 2004. Kebolehgunaan dan Kesesuaian Laman Web Arab dalam Penguasaan Bahasa Arab di Kalangan Penutur Melayu. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Pemanfaatan Self Access Center dan Internet untuk Pembelajaran Bahasa Arab di Era Global, Jurusan Sastra Arab FS UM, Malang, 27 Oktober 2004.

(10) Rujukan dari Internet
Al-afghani, Said. 2003. Al-Mujaz fi Qawaid al-Lughah al-Arabiyyah, (Online) (http://www.manarcom.com, diakses 17 Desember 2004). 

Membuat Pendahuluan Skripsi, Tesis, Disertasi atau Proposal

 

ImageKali ini kita akan mengembangkan outline pendahuluan sesuai dengan susunan yang sering dipakai di berbagai institusi pendidikan pada umumnya. Meskipun pada kenyataannya, fleksibilitas lah yang lebih menentukan arah pengembangan outline pendahuluan tersebut, mengingat jenis dan ragama sasaran dan audien dari hasil penelitian itu sendiri pada nantinya.

Membuat Pendahuluan

Saya pernah membaca di salah satu artikel yang saya temukan internet, bahwa pendahuluan setidaknya menjadi pertanyaan berikut ini.

   What is this?
   Why am I reading it?
   What do you want me to do?

Kurang lebihnya jawaban yang harus Anda lakukan dalam membuat sebuah pendahuluan skripsi, tesis, atau disertasi atau juga yang masih berupa proposal.

Set the context – lengkapi dengan informasi-informasi yang umum seputar ide pokok sehingga mampu mengondisikan pembaca mendapatkan rasa dari apa yang kita bahas, serta dari pembacaan informasi tersebut ciptakan mereka mendukung apa yang sedang Anda teliti.

State why the main idea is important – Tuliskan dengan membayangkan pembaca pendahuluan penelitian Anda peduli terhadap apa yang Anda teliti dan menanti kelanjutan dari penelitian Anda.

State your thesis/claim – karang barang satu atau dua kalimat yang menyatakan posisi atau kedudukan Anda menghadapi masalah yang menjadi topik dalam penelitian Anda.

Kadangkala dalam penelitian dijumpai penulisan definisi istilah atau definisi operasional yang bertujuan untuk menggiring pembaca dapat memahami situasi yang kita ciptakan. Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan tingkat kepentingan apa yang menjadi topik penelitian. Ditutup dengan batasan-batasan yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian serta action apa saja yang diberikan dalam penelitian tersebut.

Struktur pendahuluan sendiri dapat dilihat pada jenis-jenis proposal yang saya sebutkan pada bagian lain. Silahkan dilihat pada struktur proposal penelitian lapangan (kualitatif/kuantitatif), kajian pustaka maupun penelitian pengembangan.

Apa yang saya jelaskan di atas merupakan sebuah gambaran pendahuluan yang sangat umum. Untuk penelitian yang lebih khusus diperlukan struktur tambahan guna menyampaikan gagasan penelitian.

Semoga bermanfaat.

Berikut beberapa tip untuk membuat rumusan masalah:
1.      Menentukan jenis karya ilmiah yang akan ditulis.
·         Jenis Analitik Paper, yang merinci atau menjabarkan sebuah ide/gagasan menjadi bagian-bagian, mengevaluasi ide/gagasan, dan mempresentasikan hasil rincian/jabaran kepada khalayak.
·          Jenis Expository (Explanatory) Paper, yang menjelaskan sesuatu kepada khalayak.
·     Jenis Argumentative Paper, yang mengklaim sebuah topik dan menjustifikasi klaim tersebut dengan fakta-fakta. Klaim bisa berupa opini, usaha perbaikan, atau evaluasi, pernyataan sebab-akibat, atau intepretasi. Tujuan dari argumentative paper adalah untuk meyakinkan audiens bahwa klaim itu berdasarkan kebenaran di atas bukti-bukti yang mendukung.

2.  Rumusan masalah haruslah se-spesifik mungkin. Artinya hanya mencakup apa yang akan didiskusikan pada penelitian serta harus didukung bukti atau teori yang spesifik.
3.      Rumusan masalah biasanya terlihat di akhir paragraf pertama dalam sebuah karya tulis ilmiah.
4.      Tema terkadang berubah pada waktu proses penulisan. Jadi dibutuhkan revisi untuk merefleksikan kenyataan yang dipermasalahan pada penelitian.

Contoh Operasional Variabel


Operasinalisasi dalam variabel, indikator dan item yaitu sebagai berikut.

1)      Faktor Internal (X)
Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pada diri konsumen yang mencakup motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap terhadap keputusan pembelian.
Variabelnya:
a)      Motivasi (X1)
Adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.
Indikator   :   kebutuhan merawat rambut, kebutuhan memiliki rambut bersih, kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe.
Item-itemnya adalah:
(1)   Dorongan kebutuhan akan perawatan rambut (X1.1)
(2)   Dorongan kebutuhan akan memiliki rambut bersih X1.2)
(3)   Dorongan kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe (X1.3)

b)      Persepsi (X2)
Adalah proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
Indikator   :   manfaat shampo, keamanan bahan pembuat shampo, variasi kemasan, dan popularitas merek shampo.
Item-itemnya adalah:
(1)   Pemahaman terhadap manfaat shampo (X2.1)
(2)   Pemahaman terhadap keamanan bahan pembuat shampo (X2.2)
(3)   Pemahaman terhadap variasi kemasan (X2.3)
(4)   Pemahaman terhadap popularitas merek shampo (X2.4)

c)      Pembelajaran (X3)
Adalah proses perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman dan informasi.
Indikator   :   informasi dari media iklan, pengalaman diri sendiri, informasi dari keluarga, informasi dari teman, dan informasi dari penjual.
Item-itemnya adalah:
(1)   Informasi yang diperoleh dari media iklan (X3.1)
(2)   Pengalaman diri sendiri (X3.2)
(3)   Informasi yang diperoleh dari keluarga (X3.3)
(4)   Informasi yang diperoleh dari teman (X3.4)
(5)   Informasi yang diperoleh dari penjual (X3.5)

d)      Kepribadian (X4)
Adalah pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkat laku.
Indikator   :   keyakinan terhadap manfaat shampo, kepentingan terhadap shampo.
Item-itemnya adalah:
(1)   Keyakinan terhadap manfaat shampo (X4.1)
(2)   Kepentingan terhadap shampo (X4.2)

e)      Sikap (X5)
Adalah suatu penilaian suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu obyek.
Indikator   :   kepuasan pemakaian, kesesuaian harga, kemudahan mendapatkan shampo.
Item-itemnya adalah:
(1)   Penilaian kepuasan dalam pemakaian (X5.1)
(2)   Penilaian terhadap kesesuaian harga (X5.2)
(3)   Penilaian terhadap kemudahan mendapatkan shampo. (X5.3)

2)      Keputusan Pembelian (Y)
Keputusan Pembelian yaitu suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.
Variabelnya adalah pembelian shampo Sunsilk (Y1)
Indikator   :   pembelian berdasarkan coba-coba, pembelian berdasarkan merk, pembelian ulang shampo Sunsilk
Item-itemnya adalah:
(1)   Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan coba-coba (Y1.1)
(2)   Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan merk (Y1.2)
(3)   Pembelian shampo Sunsilk ulang shampo Sunsilk (Y1.3)

Berdasarkan tabel penjelasan di atas lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di halaman berikutnya.
Tabel
Konsep, Variabel, Indikator dan Item

Konsep
Variabel
Indikator
Item
Faktor Internal (X)
Motivasi (X1)
Kebutuhan merawat rambut, kebutuhan memiliki rambut bersih, kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe.
(1)   Dorongan kebutuhan akan perawatan rambut (X1.1)
(2)   Dorongan kebutuhan akan memiliki rambut bersih X1.2)
(3)   Dorongan kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe (X1.3)
Persepsi (X2)
Manfaat shampo, keamanan bahan pembuat shampo, variasi kemasan, dan popularitas merek shampo.
(1)   Pemahaman terhadap manfaat shampo (X2.1)
(2)   Pemahaman terhadap keamanan bahan pembuat shampo (X2.2)
(3)   Pemahaman terhadap variasi kemasan (X2.3)
(4)   Pemahaman terhadap popularitas merek shampo (X2.4)
Pembelajaran (X3)
Nformasi dari media iklan, pengalaman diri sendiri, informasi dari keluarga, informasi dari teman, dan informasi dari penjual.
(1)   Informasi yang diperoleh dari media iklan (X3.1)
(2)   Pengalaman diri sendiri (X3.2)
(3)   Informasi yang diperoleh dari keluarga (X3.3)
(4)   Informasi yang diperoleh dari teman (X3.4)
(5)   Informasi yang diperoleh dari penjual (X3.5)
Kepribadian (X4)
Keyakinan terhadap manfaat shampo, kepentingan terhadap shampo
(1)   Keyakinan terhadap manfaat shampo (X4.1)
(2)   Kepentingan terhadap shampo (X4.2)
Sikap (X5)
Kepuasan pemakaian, kesesuaian harga, kemudahan mendapatkan shampo
(1)   Penilaian kepuasan dalam pemakaian (X5.1)
(2)   Penilaian terhadap kesesuaian harga (X5.2)
(3)   Penilaian terhadap kemudahan mendapatkan shampo. (X5.3)
Keputusan pembelian (Y)
Pembelian shampo Sunsilk (Y1)
Pembelian berdasarkan coba-coba, pembelian berdasarkan merk, pembelian ulang shampo Sunsilk
(1)   Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan coba-coba (Y1.1)
(2)   Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan merk (Y1.2)
(3)   Pembelian shampo Sunsilk ulang shampo Sunsilk (Y1.3)

 Contoh Kuesioner


Sesudah mengetahui contoh operasi variabel, selanjutnya adalah membuat angket/kuesioner untuk masing-masing variabel tersebut.
Berikut adalah model kuesioner dari contoh operasi variabel sebelumnya.


Bagian I
Pernyataan pada bagian I merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas responden. Berilah tanda cek pada kotak yang sesuai dengan pilihan Anda.
Nama   : ................................................................. (boleh tidak diisi)
Alamat : ................................................................. (boleh tidak diisi)
Usia saat ini : ...... tahun
Jenis kelamin
a.       Laki-laki                            
b.      Perempuan                        
Status tingkat pendidikan
a.       SD                                     
b.      SMP                                
c.       SMU                                  
d.      Sarjana                               
e.       Lainnya (................................)
Pekerjaan Anda saat ini
a.       Pelajar/mahasiswa ÿ
b.      Pegawai Swasta                
c.       Pegawai Negeri                 
d.      Wiraswasta                       
e.       Lainnya (................................)
Pendapatan/uang saku Anda per bulan
a.       < Rp. 150.000
b.      Rp. 150.000 – Rp. 500.000
c.       Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000
d.      Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000
e.       > Rp. 2.000.000

Bagian II
Pernyataan pada poin II (pernyataan yang berkaitan dengan faktor internal merupakan tolok ukur pengaruh variabel faktor internal terhadap keputusan pembelian shampo Sunsilk. Oleh karena itu Saudara/Saudari dimohon untuk memberikan tanda cek (Ö) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda).
Contoh:
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Saya membeli shampo Sunsilk karena adanya dorongan kebutuhan untuk merawat rambut






Pernyataan Untuk Variabel Motivasi (X1)
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Saya membeli shampo Sunsilk karena adanya dorongan kebutuhan untuk merawat rambut





Saya membeli shampo Sunsilk karena adanya dorongan kebutuhan memiliki rambut hitam





Saya membeli shampo Sunsilk karena adanya dorongan kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe






Pernyataan Untuk Variabel Persepsi (X2)
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Saya membeli shampo Sunsilk karena manfaat shampo sesuai kebutuhan





Saya membeli shampo Sunsilk karena keamanan bahan pembuat shampo





Saya membeli shampo Sunsilk karena variasi kemasan shampo (bahan pilihan kemasan)





Saya membeli shampo Sunsilk karena merek shampo terkenal






Pernyataan Untuk Variabel Pembelajaran (X3)
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Saya membeli shampo Sunsilk karena informasi dari media iklan





Saya membeli shampo Sunsilk karena pengalaman dari diri sendiri (pernah memakai shampo Sunsilk)





Saya membeli shampo Sunsilk karena informasi dari keluarga





Saya membeli shampo Sunsilk karena informasi dari teman





Saya membeli shampo Sunsilk karena informasi dari penjual toko






Pernyataan Untuk Variabel Kepribadian (X4)
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Saya membeli shampo Sunsilk karena yakin terhadap manfaat shampo Sunsilk





Saya membeli shampo Sunsilk karena merasa pentingnya shampo Sunsilk untuk pergaulan






Pernyataan Untuk Variabel Sikap (X5)
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Saya membeli shampo Sunsilk karena kepuasan dalam pemakaian





Saya membeli shampo Sunsilk karena sesuainya harga shampo Sunsilk





Saya membeli shampo Sunsilk karena mudahnya mendapatkan shampo di toko manapun






Pernyataan Untuk Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Saya membeli shampo Sunsilk karena ingin mencoba





Saya membeli shampo Sunsilk karena popularitas merek shampo





Saya akan mengulangi membeli shampo Sunsilk





 Statistik, “Signifikan ?”
Untuk kali saya ingin menindaklanjuti dari post sebelumnya ‘Under Construction’, yaitu untuk sedikit membantu rekan-rekan yang masih bingung dengan analisis statistik dari penelitiannya.

“Data tentang peran masyarakat akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.  Kegiatan optimasi bioremediasi yang mencakup kegiatan: perlakuan aerasi, perlakuan temperatur, perlakuan pH dan perlakuan komposisi bakteri (isolat tunggal dan konsorsium), akan dianalisis menggunakan Uji F (ANOVA), dan akan dilanjutkan dengan Uji Beda untuk perlakuan yang menunjukkan perbedaan pengaruh yang signifikan.”

Paragraf di atas merupakan hal yang sering kita jumpai baik pada proposal, skripsi maupun disertasi. Memang sering kali kita merasa bingung, apa sih yang dimaksud dengan analisis?, apa sih maunya? buat apa?

Baiklah, selanjutnya saya tidak membahas tentang pengertian analisis sendiri. Silahkan baca-baca lagi. Saya hanya ingin menyampaikan di sini jenis analisis statistik pada macam-macam variabel.
Jadi bermanfaat jika dan hanya jika Anda sudah sampai pada pengertian statistik dan variabel penelitian Anda sendiri. Hmm...

Awalnya setiap peneliti pasti menemukan pertanyaan, “Berapa variabel yang akan dilibatkan dalam penelitian ini?”. Di sini kita mulai dengan pemilihan statistik pada jenis penelitian yang memuat satu variabel.


Analisis Satu Variabel


Pada jenis ini, maka pertanyaan selanjutnya adalah:

How do you want to treat the variable with respect to scale of measurement?"

- Nominal
- Ordinal
- Interval

Jika Anda memilih nominal, pertanyaan selanjutnya adalah:

What do you want to know about the distribution of the variable?"

  • - Central Tendency
- Frequencies
- Dispersion

Wuiih… sudah sampe sini dulu, saya yang capek mau nulis bagaimana lagi. Terlalu banyak istilah asing kelihatannya.Lanjut lagi…Sepengetahuan saya untuk central tendency  (kecondongan terpusat) maka yang berlaku adalah:

Statistical Test = (none)
Statistical Measure = The Mode


Sumber:
McNemar, Q. Psychological Statistics. Fourth Edition. New York: Wiley 1969, p.14

 
 
Beberapa Kesalahan dalam Desain Penelitian


Pendahuluan
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang  penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Agar tercapai pembuatan desain yang benar, maka peneliti perlu menghindari sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan. Kesalahan-kesalahan tersebut ialah:
 
a.   Kesalahan Dalam Perencanaan
Kesalahan dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan dalam menyusun desain yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Kesalahan ini dapat terjadi pula bila peneliti salah dalam merumuskan masalah. Kesalahan dalam merumuskan masalah akan menghasilkan infromasi yang tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Cara mengatasi kesalahan ini ialah mengembangkan proposal yang baik dan benar yang secara jelas menspesifikasikan metode dan nilai tambah penelitian yang akan dijalankan.

b.   Kesalahan Dalam Pengumpulan Data
Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan kesalahan dalam proses pengumpulan data di lapangan. Kesalahan ini dapat memperbesar tingkat kesalahan yang sudah terjadi dikarenakan perencanaan yang tidak matang. Untuk menghindari hal tersebut data yang dikoleksi harus merupakan represntasi dari populasi yang sedang diteliti dan metode pengumpulan datanya harus dapat menghasilkan data yang akurat. Cara mengatasi kesalahan ini ialah kehati-hatian dan ketepatan dalam menjalankan desain penelitian yang sudah dirancang dalam proposal.

c.         Kesalahan Dalam Melakukan Analisa
Kesalahan dalam melakukan analisa dapat terjadi pada saat peneliti salah dalam memilih cara  menganalisa data. Selanjutnya, kesalahan ini disebabkan pula adanya kesalahan dalam memilih teknik analisa yang sesuai dengan masalah dan data yang tersedia. Cara mengatasi masalah ini ialah buatlah justifikasi prosedur analisa yang digunakan untuk menyimpulkan dan memanipulasi data.

d.   Kesalahan Dalam Pelaporan
Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan dalam menginterprestasikan hasil-hasil penelitian. Kesalahan seperti ini terjadi pada saat memberikan makna hubungan-hubungan dan angka-angka yang diidentifikasi dari tahap analisa data. Cara mengatasi kesalahan ini ialah hasil analisa data diperiksa oleh orang-orang yang benar-benar ahli dan menguasai masalah hasil penelitian tersebut.
Analisis Statistik Dua variabel


Dua variabel, merupakan kelanjutan dari pemilihan statistik pada penelitian yang biasa dipakai dalam penyusunan skripsi, tesis, disertasi atau penelitian lainnya. Karena sudah dibahas sebelumnya untuk jenis analisis statistik menggunakan satu variabel, 1) Statistik, “Signifikan ?”, 2) Analisis Statistik, 3) Ordinal Scale of Measurement, 4) Interval Scale of Measurement: Central Tendency, 5) Interval Scale of Measurement (ISM) - selesai.

Analisis statistik dua variabel sendiri, dilihat dari jenis variabel terbagi menjadi 6 bagian: 


Berikut penjelasan untuk masing-masing bagian.

Dua Variabel, Keduanya Interval
Pada jenis ini maka yang perlu diperhatikan adalah “adakah perbedaan antara variabel dependent dan variabel independent”

a. Ada Perbedaan Antara Variabel Dependent Dan Variabel Independen
Pada jenis ini terbagi lagi menjadi dua bagian sebagai berikut.

1) Relationship as Linear
Statistical Test
Regression coefficient (b or beta)
Beta is a standardized version of b
Statistical Measure
F test (F equals t-squared)
SPSS
Regression
SAS
GLM, Reg.
Sumber :
Hays, W. L. Statistics for the Social Sciences. Second edition. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

2) Relationship not as Linear
Statistical Test
Coefficients from curvilinear regression (b or beta)
Statistical Measure
F test (F equals t-squared for each coefficient)
SPSS
Regression, oneway
SAS
GLM.
Sumber :
Draper, N. R., and Smith, H. Applied Regression Analysis. New York: Wiley, 1966.
Hays, W. L. Statistics for the Social Sciences. Second edition. New York: Holt, Rinehart, and Winston, 1973.

b. Tidak Ada Perbedaan Antara Variabel Dependent Dan Variabel Independen
Pada jenis ini terbagi lagi menjadi dua bagian sebagai berikut.

1) Two variables are equal
Statistical Test
(none) - The t test for paired observations is appropriate for parallel measures from matched cases as well as for repeated measures on a single set of cases.
Statistical Measure
t-test for paired observations
SPSS
T-Test
SAS
MEANS
Sumber :
Hays, W. L. Statistics for the Social Sciences. Second edition. New York: Holt, Rinehart, and Winston, 1973.

2) Two variables are not equal
- Linear
a) Agreement
* Ada penalty jika tidak ada kesamaan distribusi

Statistical Test
Robinson's A,
or the intraclass correlation coefficient (The intraclass correlation coefficient is a biased estimator)
Statistical Measure
F test
SPSS
T-Test
SAS
MEANS
Sumber :
Robinson, W. S. The statistical measurement of agreement. American Sociological Review 22 (1957)
McNemar, Q. Psychological Statistics. Fourth edition. New York: Wiley 1969.

* Tidak ada penalty

Statistical Test
Krippendorff's coefficient of agreement
Statistical Measure
(none)
SPSS
-
SAS
-
Sumber :
Robinson, W. S. The statistical measurement of agreement. American Sociological Review 22 (1957)
McNemar, Q. Psychological Statistics. Fourth edition. New York: Wiley 1969.

Berdasarkan pendapat Umar (1999: 43). menyatakan bahwa data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perorangan seperti hasil dari hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari jawaban responden melalui penyebaran kuesioner. 
Menurut pendapat Umar (1999:43), menyatakan bahwa data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain Jadi data sekunder merupakan data yang secara tidak langsung berhubungan dengan responden yang diselidiki dan merupakan pendukung bagi penelitian yang dilakukan.